(Cuma) 2 Jam di Palembang: Dari Jembatan Ampera Ke Pempek Beringin
.
Assalamualaikum universe!
Awal Oktober ini, saya kembali dapat tugas Dinas di Sumatera
Selatan. Dimana neng, dimana? Di Tanjung Enim, kakaks! Waktu tempuhnya sekitar
5 jam dari Bandara Palembang. Keberangkatan kali ini, eneng memundurkan jadwal
penjemputan oleh pihak klien *ejiyeee plora punya klien*, mau jalan-jalan di
Palembang dulu kan ya sis bro rahimakumullah.
.
Kemana aja?
Sebagai anak muda, bahagia dan banyak maunya, eneng tentu
mau ke kota Palembang. Kalo kata tante Fergie, lokasi ini namanya Ampera Bridge
itu London Bridge kali Plo alias jembatan Ampera. Jarak tempuhnya sekitar 20 menit dari Bandara. Rona
bahagiapun langsung merekah di gigi saat mobil bergerak mendekati sungai Musi. Awww,
aku di Palembang! Dan jembatan ikon Palembang sepanjang 1.200 meter ini hits
sekali! Setelah parkir di depan Benteng Kulo Besak, eneng langsung kegirangan
nyebrang dan jalan menuju bibir sungai Musi.
Karena masih jam 2 siang, panasnya cukup memberikan efek
jemuran kering, serta angin yang membawa rok gebyar-gebyar. Sayangnya karena
bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha,resto-resto di pinggir sungai Musi nya
tutup. Padahal kan kece banget ya makan di sana.
.
Mulanya, jembatan ini dinamakan Jembatan Bung Karno, sebagai
bentuk penghormatan pada sosok Presiden RI pertama yang serius mengakomodir
keinginan warga untuk memiliki jembatan di atas sungai Musi. Tapi akhirnya
sebutannya bergeser menjadi ‘Jembatan Ampera’. Yang canggih, sampai tahun 1970,
jembatan ini bisa di naik dan turunkan lho kalau ada kapal besar lewat!
.
Karena waktu sempit, mari lanjots makan pempek! Saya segera
meluncur ke Pempek Beringin di Jalan…. Hmm…. Jalan apa ya?! Entahlah *maap
lupa*. Bahagia memang kalau melihat jejeran pempek dengan sistem touchscreen
(tinggal tunjuk, terus digorengin). Dekorasi ruangannya juga lebih
hits dari resto-resto pempek yang pernah saya datangi. Pada dinding tertulis
sejarah pempek, yang konon pertama kali diperkenalkan oleh seorang perantau
Cina di awal tahun 1600-an. Gak cuma itu, dindingnya juga dihias dengan kain
songket Palembang yang kewl banget!
*plo plo, plis kontrol muka plo*
Bisa dibilang, di sinilah saya menemukan sensasi ‘foodgasm’
dalam kategori pempek. Cuka nya enak banget, debesss! Cuka nya kental, mantap,
dan pedesss, kayak omongannya Leily Sagita di sinetron Tersanjung. Tentu nggak
akan seenak itu kalau nggak didukung oleh lenggang, lenjer, pempek telor dan
adaan yang rasanya gurih enak. Rasa pedas di lidah pun diberantas dengan treat
yang sungguh menyenangkan: es kacang merah. Slurrrp!
.
Kenyang pol makan pempek, kemudian eneng lanjut lagi ke pick
up point untuk janjian dengan bapak pengemudi menuju Tanjung Enim. Perjalanan
4,5 jam itupun dilalui dengan perut kenyang bahagia dan tidur pulas karena
kekenyangan. Ihiy, jadi penasaran nyobain Martabak Har (di tempatnya yang
asli), mie celor dan pindang di tempat-tempat kuliner hits Palembang!
1 komentar:
dah bersih skrg jmbtnya ye,sejak ada event pon n seagame..mantap
REPLY