Punya
darah NTB gak membuat saya sering mengeksplor provinsi ini. Jadi kalo
ditanya, orang mana? “Bima, NTB”. Banyak yang kemudian menyambung
dengan kalimat “Oooo, asik dong ke Lombok melulu!”. Ehm, sayang
sekali broh, sis, berhubung Bima dan Lombok itu beda pulau.
Sekali-kalinya kesana juga lewat doang, nggak ngunyah apa itu yang
dikatakan pemandangan pantai yang aduhai, dll. Dan akhirnya, saya
bisa menunjukkan eksistensi saya sebagai keturunan orang NTB
*hazeeek* karena akhirnya saya bisa liburan singkat ke Lombok. Ahyea!
Tiba di
Bandara Internasional Lombok (BIL) di kawasan Praya, Lombok pukul
14.20. Bandaranya nyaman banget, apalagi kalo dibandingin bandara di
Bima hehehe. Saya, papa mama dan adek menetapkan tujuan utama ke Gili
Trawangan. Tapi karena dapet flight siang, rasanya tanggung dan mepet
banget kalo langsung ke pelabuhan Bangsal (pelabuhan menuju Gili
Trawangan). FYI, perjalanan Praya-Bangsal itu memakan waktu sekitar 2
jam, sementara kapal umum ke Gili Trawangan hanya ada sampai jam 4
sore.
Tujuan
selanjutnya adalah kawasan Cakranegara, pusat kota di Mataram, dengan
numpang Lombok Baru Taksi dari dalem bandara dengan tarif flat Rp
125.000 (yang mana ternyata kalo naik Blue Bird argo biasa nggak
sampe Rp 80.000). Alasan sederhananya sih karena Cakranegara letaknya
di tengah-tengah, dan sudah setengah jalan kalau mau ke pelabuhan
Bangsal. Di sini layaknya pusat kota, fasilitas bank, minimarket,
toko-toko, karaoke, semuanya lengkap lah. Tentu menyenangkan, secara
eike 5 hari di kampung halaman yang jauh dari begini-ginian heuheu.
Tempat
nginep kami di Jl. Subak 2, Cakranegara. Uhm rada lupa euy namanya,
kalo nggak salah namanya Ganesha Inn. Tempatnya nyaman, mirip
kost-kostan dengan harga Rp 100.000/malam. Fasilitasnya kipas angin,
TV cable 14 inch, kamar mandi dalam, sabun, handuk, teh dan kopi
(meski seadanya yaa). Strategis banget nih, mau ke bank, makan,
belanja dll tinggal jalan kaki aja!
.
Kelar
mandi dan lalala, kita langsung cabcus mau makan ayam taliwang.
Berdasarkan info, ayam taliwang yang enak ada di Jl. Transmigrasi 99,
namanya Dua Em Bersaudara. We have no idea where is it. Google map
nggak berfungsi karena entah mengapa sinyal XL jelek banget.
Untungnya, hasil nanya-nanya ke juru parkir, ternyata tempatnya nggak
jauh jalan kaki, sekitar 1,5 km sajah! Yaa tentu ‘nggak jauh’ nya
itu versi gue ya, karena eike emang doyan jalan kaki *elus-elus
betis*. Setelah jalan 30 menit sambil haha hihi dan jalan santai,
ketemulah kita sama restoran terkenal ini. Ihiy!
Ayam
pelecingan (Rp 38.000/ekor), ayam bakar bumbu madu (Rp 38.000/ekor),
pelecing kangkung (Rp 10.000). Jangan salah, ayam yang dipake itu
ukurannya keciiiil seukuran burung. *kalo burung rajawali kan gede
sis. Burung merpati kali yah. Lah siapa juga yang makan burung
merpati *ah yaudahlah* Makanannya suwer enak-enak, dan saya doyan
banget sama pelecing kangkung dan sambal beberuk nya. Mantaf!
Jut jut
lanjuuuttt... Besoknya jam 7 pagi udah siap-siap menuju pelabuhan
Bangsal. Sarapan dulu, beli nasi bungkus yang dijual ibu-ibu
berjilbab, karena nggak nemu warung nasi di sini. Resto-resto gedepun
masih pada tutup. Taksi Blue Bird pesanan juga udah siap menunggu di
depan penginapan. Markicaw!
Komentar
salam kenal..