Salah satu highlight dalam perjalanan
singkat saya ke Kuala Lumpur minggu lalu adalah transportasinya yang
menyenangkan.
Sebagai pecinta kendaraan umum (tapi
cinta juga sama kendaraan pribadi, hehehe), saya begitu menikmati pengalaman
kesana-kemari di KL pakai transportasi massal. Naik taksipun nggak pernah ada
di list, karena moda yang lain jauh lebih murah dan tetap nyaman. Asheik
syekali!
Kesan positif itu sudah muncul saat
turun pesawat dan masuk ke area bandara KLIA 2. Bandaranya bagus, luas, yeah
meski petugas imigrasinya jutek-jutek bener. Hahaha. Dari sini saya ke Ground
Floor untuk naik bus ke KL Sentral dengan harga sekitar RM 10. Bus langsung
jalan menuju pusat kota KL. Jalanannya bersih dan lancar. Sampai di perhentian
bus di KL Sentral dan mau melanjutkan perjalanan, saya harus menuju 1 lantai di
atasnya. Yang saya lihat adalah tangga manual menuju ke atas. Edan, pikir saya.
Dapet salam dari nenteng-nenteng koper naik tangga, shay! Tapi ternyata ada eskalator
dan lift di sisi sebelah utaranya. Aman lah betis kita. Hehehe.
KL Sentral siang itu nggak begitu sibuk.
3 hari ke KL, 3 hari juga saya ke KL Sentral. Yaitu saat dari KLIA 2 mau menuju
Bukit Bintang, Kemudian Bukit Bintang – Batu Caves, Batu Caves – Genting, dan
juga Bukit Bintang – KLIA 2. Mantafs, gampang, murah dan cepat!
Habis beli koin (tiket) di Vending
Machine untuk naik monorel. Di akhir perjalanan pada pintu keluar, koinnya
dimasukkan lagi ke dalam mesin. Gak bisa dibawa pulang, dan gak perlu
pakai/antri uang jaminan tiket kayak di Jakarta. So fast and eazeee! Nunggu
monorelnya juga nggak pake lama.
Menuju stasiun LRT (Light Rail
Transit) di depan Suria KLCC. Habis foto-foto di Twin Tower, naik ini menuju
Masjid Jamek. Seneng banget, transportasi umumnya nya ada di banyak titik. Nggak
pake capek juga, karena ada eskalator dimana-mana.
Naik KTM Komuter ke Batu Caves.
Keretanya bersih dan sepi. Mungkin karena hari kerja dan lokasi Batu Caves
bukan di pusat kota. Jadi berasa lagi naik KRL ke Bogor. Hahaha. Asik banget,
lokasi stasiunnya bener-bener sebelahan dengan Batu Caves.
Menunggu datangnya monorel. Perjalanan
naik monorel selalu seru karena bisa sambil lihat-lihat kota dan aneka gedung
di KL dari atas. Proses keluar masuk penumpang juga relatif tertib. Karena
kecepatannya lumayan tinggi, penumpang biasanya baru siap-siap untuk turun pas
kereta udah berhenti sempurna. Kalo naik KRL di Jakarta? Jika mau turun di
Jatinegara, harus udah siap-siap minta penumpang lain geser mulai dari Stasiun
Klender. Soalnya takut gak bisa keluar saking padatnya!
Ini kesukaan saya, bus GoKL!
Perhentian busnya dekat dengan tempat saya menginap di Paradiso Bukit Bintang,
nunggunya nggak lama, busnya bagus dan dingin, perhentiannya banyak, dan HRATEYS! Kaca nya juga lebar-lebar, jadi jelas mau lihat pemandangan di pusat-pusat aktivitas dan gedung-gedung di Kuala Lumpur. Jalannya juga ngebuut,
cepet sampenya :))
Jalanan di KL tergolong lebar-lebar,
bersih dari sampah dan nggak banyak billboard, spanduk, atau iklan apalah yang
selalu menghiasi mata kita di Jakarta. Ada sih beberapa pedagang asongan yang
jualan tidak di tempat semestinya, misalnya pedagang jagung rebus di sisi jalan
central market ataupun penjual sarapan pagi dadakan di beberapa titik jalan. Selama
3 hari, mungkin intensitas saya melihat penjual seperti ini masih bisa dihitung
pakai 1 tangan. Naik bus pun nggak pake ngetem, cepet sampai :D
pedestrian-friendly... :)
Pembangunan MRT. Jadi alasan kenapa beberapa titik jadi macet dan tersendat. Tapi macetnya nggak lama.
Komentar