Suntik Vaksin Meningitis dan Influenza di Asrama Haji Bekasi, Cepat dan Mudah
By Flora - April 15, 2016
Layanan
vaksinasi Meningitis kini juga ada di Asrama Haji Bekasi. Yang saya alami,
suntik vaksin di sini cepat dan mudah, dekat pula dari rumah. Gak sampe 45
menit, prosesnya beres!
Seperti
saat mengurus paspor, ada beragam versi cerita orang mengenai pemberian vaksin
meningitis. Ada yang bilang antri panjang, hanya ada di bandara dan pelabuhan,
hingga efeknya yang disebut bikin badan meriang dan pegal. Yasutralah,
bismillah, dijalani aja. I've got a good news, kini Asrama Haji Bekasi melayani
vaksinasi meningitis juga. Uhyeaa, ga usah ribet ke Halim, Tg. Priok atau malah
Soetta dong!
(informasi lebih detil tentang vaksin meningitis dan serba serbi nya bisa dibaca di blog https://dhinipuspitasari.com/2015/03/09/vaksin-meningitis/. )
(informasi lebih detil tentang vaksin meningitis dan serba serbi nya bisa dibaca di blog
Langkah
pertama tentunya googling, dan menemukan ulasan yang cukup membantu di blog
ini -- http://azraziana.blogspot.co.id/2015/11/suntik-maningitis-di-bekasi.html. Kemudian saya coba hubungi nomor telepon Asrama Haji Bekasi (kita singkat
jadi AHB aja yaaks). 2 hari telepon di jam kerja, di nomor 021- 88960946, ga pernah ada jawaban. Lagi-lagi, Af mau membantu untuk
cari informasi langsung di AHB. Info yang didapat adalah jam buka layanan dari
pukul 08.00 - 13.00, hari Senin - Jumat. Dokumen yang dibawa adalah fotocopy
paspor dan foto 4 x 6, masing-masing 1 lembar.
Kebetulan, saya harus istirahat di rumah karena PMS yang membuat perut terasa nyeri dan
perih, sepertinya ada hubungan dengan tekanan darah saya sedang rendah
sekali. Mumpung di rumah, ada keinginan sekalian suntik aja sih ke AHB. Sayapun
googling lagi. Vaksin bisa diberikan ke orang yang sedang haid, tapi saya tidak
menemukan referensi tentang hubungan anemia dan vaksin. Hmm, baiklah, ayo kita
kemon pergi vaksinasi!
foto: annafardiana.wordpress.com
(buku kuning saya tidak ada fotonya. mungkin sudah beda ya...)
Saya
dan orang tua tiba di AHB jam 08.30. Kami langsung masuk ke dalam dan minta 3
lembar formulir. Nggak banyak kolom yang harus diisi, jadi cukup singkat dan
formulir bisa langsung dikembalikan ke petugas. Tidak pakai nomor antrian,
karena nggak sulit juga mengidentifikasi mana yang datang duluan, wong sedikit
kok orangnya.
Baru
duduk sebentar, ibu saya langsung dipanggil untuk suntik. Karena berusia di
bawah 45 tahun, saya diharuskan untuk test pack dulu untuk pastiin kalo saya
nggak hamil. Karena sedang halangan, saya bilang ke petugas "saya lagi
mens bu, perlu test kehamilan juga? Kan saya ga mungkin mens kalo hamil, hehehe". Ya katanya tetap harus test pack. Fyi, ibu ini
cukup ramah, informatif dan membantu.
Saya
langsung diminta ambil urin, diletakkan di cup plastik yang biasa dipakai untuk
wadah eskrim. "Eh teruus urang kudu naon? Belum pernah pake test pack
sisss, lagian mana nih alat test pack nya?" Batin saya. Si ibu sampe nyamperin saya
karena saya kok keliatan bingung di depan kamar mandi. Ternyata kita tampung
urinnya, dan si ibu akan nyamperin kita di depan kamar mandi dan masukin alat
test pack nya ke urin.
Berhubung
belom pernah test kehamilan, karena belom pernah bikin juga, hahaha penting ye,
momen menunggu berapa garis yang muncul itu cukup lucu. Oke, pengalaman pertama kali gue
menunggu hasil test pack adalah di depan toilet umum bersama ibu-ibu,
hahaha. Setelah dilihat hasilnya, si ibu langsung bilang "urin nya
dibuang, jangan lupa siram". Saya merasa seperti Fanesha,
keponakan saya umur 5 tahun yang masih harus diingetin untuk siram yang bener.
Hehehe.
Saya
fikir akan ada pengukuran tinggi dan berat badan, serta tensi darah (karena ada
di form sebelumnya). Eh ternyata langsung suntik. Saya kira penyuntik bakalan
laki-laki dan perempuan, ternyata cuma 1 dokter laki-laki. Saya langsung
diminta membuka lengan kiri atas. Dia langsung bilang "oke tahan nafas,
bismillah", lalu josss. Begitu juga dengan lengan bagian kanan. Sebetulnya
saya asli nervous karena takut jarum. Proses yang cepat membuat saya nggak
sempet mikirin rasa takut itu. Itu juga yang membuat saya lupa untuk nanya,
yang kiri vaksin apa, kanan apa. Setelah suntik ya sudah, tidak ada informasi, pantangan atau apapun terkait vaksin.
Setelah cari info di rumah,
baru tahu kalau vaksin meningitis dilakukan di lengan kiri, dan influenza di
sebelah kanan. Hmm, tapi ada yang bilang jika vaksin influenza sifatnya
opsional, pilihan dan tidak wajib. Namun dari daftar hingga suntik, tidak
ada pertanyaan mau suntik apa saja, pokoknya semua langsung diberi vaksin
meningitis dan influenza. Errr, apakah ini bagian dari bisnis? Anyone?
Keluar
bilik suntik, langsung bayar. Untuk 2 jenis vaksin (flu dan meningitis) 3
orang, total biaya Rp 1.390.000. Saya yang masih terpana dengan dua suntikan
sekaligus di tubuh jadi agak blo'on sesaat. Ini juga yang membuat saya
lagi-lagi gak nanya macem-macem, langsung bayar aja. Bahkan saya nggak
ngeh kalo si mbak kasir tidak memberikan saya tanda terima apapun. Saya juga
baru ingat saat sudah di parkiran. Duhhh, dia ga ngasih, gue ga minta. Saya
memang cukup strict dengan struk pembayaran, hanya untuk memastikan rincian
pembayaran dan nggak ada yang keliru. Yasudahlah, khusnudzan aja. Kalau dibagi rata, per orang biayanya Rp 460.000.
UPDATE: saat adik saya suntik, saya sekalian titip dibuatkan bukti bayar (dengan memberikan copy buku kuning). Ternyata biaya suntik vaksin meningitis dan influenza Rp 455.000, dan biaya test pack Rp 30.000.
kuitansinya minimalis sekali, nggak pake bukti bayar resmi berlogo. Cap nya juga tipiis banget ;')
.
.
kuitansinya minimalis sekali, nggak pake bukti bayar resmi berlogo. Cap nya juga tipiis banget ;')
.
.
Setelah
saya bayar, kita langsung dipanggil untuk tanda tangan di buku kuning. Saya
agak heran, karena nama dan data diri dalam buku kuning ditulis manual dengan
pulpen. Yang bikin terkejut adalah: tulisannya kayak cakar ayam. Lebih rinci lagi: tulisannya
menggunakan pulpen yang bleberan.
Ini
terjadi di buku kuning milik ibu saya. Tulisan petugasnya berantakan, pake
pulpen bleber pula! Sangat disayangkan ya, untuk bukti treatment seharga lebih
dari Rp 450.000, syarat dari negara untuk mengunjungi negara lain pula, eh
tampilannya seadanya. Malu deh.
Saran saya untuk pihak penyelenggara: gunakan pulpen yang tepat untuk menulis di permukaan cover buku kuning yang licin, diberi pelapis, ataupun pakai komputer.
But
most of all... proses vaksin flu dan meningitis cukup cepat. Nggak sampai 1 jam
semua proses beres, dan buku kuning langsung di tangan. Semoga Allah melindungi
dan memudahkan jalan kita selanjutnya... Aamiin Yra...
Tips tambahan saat vaksin
meningitis:
Karena disuntik pada bagian
lengan atas, usahakan pakai baju yang nggak ribet, apalagi untuk kita yang
berkerudung. Pakai baju tanpa lengan dan ditutup dengan cardigan/kemeja/luaran
lainnya cukup memudahkan. Tinggal buka sedikit bagian baju luar dan lengan atas, tidak perlu sebaju-bajunya dilepas atau repot digulung.
10 comments