Saat berangkat Umroh memang banyak hal yang harus dipersiapkan. Semakin banyak nanya dan Googling, rasanya jadi merasa butuh ini dan itu. Gimana kalau disana panas banget dan kulit iritasi? Katanya disana banyak copet? Hmm perlu mukena baru nggak ya? Saat ke toko perlengkapan Haji dan Umroh, rasanya langsung mendadak butuh semua hal XD Apalagi toko di Tanah Abang, semuanya lengkap ada. Kan jadi bingung dan elus-elus dompet ya. Hehehe.
Nah! Sebetulnya nggak perlu terlalu heboh dalam urusan bawaan. Berdasarkan pengalaman saya dan keluarga saat ibadah Umroh bulan Mei lalu, ternyata tidak semua hal mutlak dibutuhkan dan harus dibeli, kok. Tipsnya adalah menyisir kembali isi rumah. Tidak perlu membawa yang serba baru, yang penting bersih dan tentunya nyaman karena sudah sehari-hari dipakai. Jangan sampai kesibukan belanja bawaan mengalahkan fokus persiapan hati dan iman yaa :)
PS: saya
terinspirasi menulis ini ketika bertemu dengan seorang ibu-ibu yang usianya
sudah lanjut. Ia curhat jika ia belanja macam-macam, padahal uangnya
pas-pasan dan harus pinjam. Kan sedih :(
1. Mukena, kerudung
dan pakaian
Kerudung panjang
yang instan dan gamis panjang paling cocok dipakai selama di Tanah Suci. Kalau
belum punya, silahkan beli. Untuk
pakaian, 3 gamis cukup - 1 atau 2 gamis putih, 2 gamis warna bebas (plus 1 stel yang kita pakai saat berangkat), dan juga 2
celana panjang rangkap. Saran saya tidak perlu membawa banyak, karena dari Travel sudah dapat mukena yang juga dipakai untuk kerudung sehari-hari (saya dapat 1 bergo dan 1 atasan mukena). Itu saja terhitung sudah 2 item. Sisanya bawa kerudung instan 2 potong, dan juga mukena sendiri atasannya saja.
Kok sedikit?
Iya, di Tanah
Suci meski udaranya panas, tapi tidak terlalu berkeringat. Cuci baju di sana
juga cepat sekali keringnya, cuci jam 9 pagi, sesudah Ashar sudah kering. Plus
banyak jamaah yang beli baju khas Arab yang bisa langsung dipakai supaya sesuai
momennya lagi di Arab, hehehe. Jadi tas juga nggak terlalu penuh baju karena
pasti akan ditambah oleh-oleh. Saya juga nggak terlalu berselera untuk mix and
match pakaian, pokoknya yang nyaman aja.
Untuk Umroh,
sebetulnya tidak ada keharusan pakai pakaian serba putih. Utamanya sih pakaian
putih hanya untuk Umroh saja, 1 atau 2 stel, supaya seragam dengan jamaah lain
saat Tawaf dan Sa’i. Sisanya terseraah motif apa warna apa. Jutaan manusia beragam
cara berpakaian, jadi nggak masalah pakai warna dan motif apapun, selagi tetap menutup
aurat.
2. Kaus
berkantong, perlu nggak?
Hmm, kalau ini
tergantung kebutuhan juga. Yang saya rasakan sih justru kaus ini hanya
berfungsi sebagai kaus dalam/singlet biasa saja oleh adik dan ayah saya. Uang
nya disimpan di dalam dompet atau tas, sebagaimana kita menaruh uang di tanah
air. Sebagai ‘bendahara’, saya menyimpan uang dalam dompet yang diletakkan
dalam ransel. Alhamdulillah aman. Lagipula kalau taruh uang di kaus itu, ambil
nya susah, handphone juga nggak muat. Ada juga tas pinggang travelling yang
juga banyak dijual. Hehehe saya bawa dan nggak terpakai, karena kok rasanya
ribet yaa…
Saya
merekomendasikan bawa tas dengan banyak kantung/ruang. Jadi bisa muat masuk kunci,
handphone, tas sandal, bahkan sandalnya pun bisa masuk. Hehehe. Uang dan benda
berharga dimasukkan di sudut yang sulit dijangkau. Saya malah selalu bawa ransel, supaya segala keperluan dan sandal bisa masuk, nggak ribet nenteng-nenteng. FYI penjagaan di Masjid
Nabawi tidak se-ketat tahun-tahun lalu (seperti yang diceritakan ibu saya),
jadi silahkan saja membawa handphone. Apalagi di Masjidil Haram, rasanya isi
tas dilihat selewat saja.
3. Beli sandal dan
topi putih nggak ya?
Kalau di rumah
tidak ada sandal yang dipakai jalan jauh, silahkan beli. Kalau mau matching
dengan baju ihrom pun silahkan beli. Tapi kalau di rumah punya sepatu dan
sandal sehari-hari yang nyaman, sepertinya itu lebih baik. Alasannya karena
kita sudah tahu persis jika kaki kita akan nyaman dengan sepatu itu (karena
sudah sering dipakai). Saya membawa 1 sepatu tipe casual tanpa tali dan sandal
karet bertali. Adik saya memakai sandal gunung dan membawa 1 sandal jepit.
Sebetulnya tidak
perlu serba putih, apalagi kalau budget persiapannya terbatas. Pakai saja yang
bisa dijangkau dan ada di rumah. Ketika di sana, rasanya sudah cuek dengan
penampikan sendiri, apalagi orang lain, hehehe. Yang penting nyaman dan aurat
tertutup.
4. Kepala colokan kabel, perlukah dibawa?
Seorang teman baik saya yang sudah sering ke luar negeri menyarankan untuk membawa kepala colokan yang universal (ada 2, 3 dan 4 lubang). Jadi bisa dipakai dimanapun, cukup bawa satu kepala colokan aja. Harganya sekitar 100 ribu. Beruntungnya si teman ini meminjamkan saya 2 set kepala colokan. Namun ternyata colokan ini tidak terpakai karena saat naik pesawat Etihad Airways, sudah ada lubang colokan seukuran kepala flashdisk. Cocok untuk charger yang kepala dan kabel nya bisa dilepas (kabel bisa masuk ke port flashdisk). Begitupun saat di hotel, sudah disediakan colokan dengan 2 dan 3 lubang. Jadi fix colokan nggak terpakai. Namun ada baiknya juga siap sedia colokan tambahan, siapa tahu hotel tempat kita menginap tidak menyediakan fasilitas ini.
5. Niatkan cocok
dengan makanan yang disajikan
Banyak orang
yang sudah pernah Umroh dan mengeluhkan makanan yang diberikan. Hal ini membuat
yang baru akan berangkat merasa harus bawa ini dan itu karena takut makanannya
nggak cocok. Naah, mindset ini harus dibuang yaa, takutnya beneran nggak cocok
dan malah jadi rewel karena makanan. Kalau beli terus ya boros kan, kalau makannya
sedikit nanti lemas.
Saran saya yang
bisa dibawa adalah saus sachet, Boncabe, abon, dan juga yang maha penting: kopi
susu sachet! Hahaha, buat para ngopi-ers, ini membantu sekali. Saus dan makanan
tambahan ini bisa membantu mengobati menu makanan yang kurang pas di lidah, dan
juga ukurannya mini, jadi nggak genggeus di dalam tas maupun dibawa-bawa.
Sebaiknya dibawa beberapa sachet untuk di perjalanan. Saat pergi dengan Etihad Airlines, banyak jamaah yang tidak cocok dengan kopi dan teh dari pramugari. Kalau kita bawa minuman sachet sendiri, kita tinggal minta air panas saja. Begitu juga kalau makanannya terasa hambar, tinggal tambah Boncabe ataupun saus.
Sebaiknya dibawa beberapa sachet untuk di perjalanan. Saat pergi dengan Etihad Airlines, banyak jamaah yang tidak cocok dengan kopi dan teh dari pramugari. Kalau kita bawa minuman sachet sendiri, kita tinggal minta air panas saja. Begitu juga kalau makanannya terasa hambar, tinggal tambah Boncabe ataupun saus.
6. Tidak perlu
bawa Al Quran untuk wakaf
Banyak yang
menyarankan agar jamaah membawa Al Quran lebih untuk diwakafkan di Masjidil
Haram ataupun Masjid Nabawi. Terbayang kan manfaat berwakaf, di Tanah Suci
pula! Tapi ternyata saran ini kurang pas, karena masjid-masjid di Tanah Suci
hanya menyediakan 1 jenis Al-Quran dengan tipe yang sama, ukuran sedang dan
besar. lembar Al-Quran terlipat aja langsung diturunin dari rak dan diganti yang baru,
apalagi Al-Quran yang jelas-jelas spesifikasinya berbeda.
Kalau memang mau wakaf Quran, bisa beli di Tanah Suci. Namun kabarnya, Al Quran yang kita wakafkan 'belum tentu' bertahan lama di rak. Dan jika kita beli Al-Quran seperti yang ada di masjid di Tanah Suci, harus teliti diperiksa karena banyak yang menjual kembali Al-Quran yang sudah diwakafkan orang lain.
Kalau memang mau wakaf Quran, bisa beli di Tanah Suci. Namun kabarnya, Al Quran yang kita wakafkan 'belum tentu' bertahan lama di rak. Dan jika kita beli Al-Quran seperti yang ada di masjid di Tanah Suci, harus teliti diperiksa karena banyak yang menjual kembali Al-Quran yang sudah diwakafkan orang lain.
----------
POSTINGAN LAIN TENTANG TANAH SUCI:
- Uang saku yang dibawa dan tips belanja oleh-oleh di Makkah, Madinah dan Jeddah - klik di sini
- Pengalaman Umroh dengan Patuna Mekarjaya - klik di sini
- Pengalaman Hampir Kena Tipu Biro Umroh Abal-abal - Klik di sini
Komentar