Liburan ke Tebing Breksi Sleman Yogyakarta
Setelah
menghabiskan malam di Jogja dengan menatap wajah mas Agus yang tegang, paginya
saya dan Esti siap-siap ke Tebing Breksi untuk menunaikan itinerary yang belum
terlaksana. Untungnya menginap di hotel di Sleman, jadi hanya butuh waktu
sekitar 30 menit untuk tiba di Tebing Breksi. Bukan, 30 menit bukan karena
jauh. Tapi karena pembaca peta yang duduk di belakang saya suka telat ngasih
tau kapan harus belok. Hahahaha.
Perjalanan
ke Tebing Breksi mulus sekali seperti paha model di channel Starworld. Apalagi
dibandingkan dengan ke Tebing Keraton, wuuuuhhh itu sih lumayan banget buat
mbak Plora yang hanya seorang nubie di bidang roadtrip. Ke Tebing Breksi
jalanannya rapi dan tidak menemukan kesulitan berarti. Yang agak effort adalah
ada tanjakan yang panjaaaaang. Pas naik sih gak masalah, namun saat pulang dan
jalanan menurun, motornya bunyi-bunyi terus tiap di rem. Hahaha.
Meski
sudah lewat waktunya sunrise, tapi pagi itu matahari matahari agak terlambat
diskonnya munculnya. Jadi kami masih bisa menyaksikan pemandangan terbitnya
matahari yang ciamik, kabut, hingga siluet dari kejauhan yang mirip dengan
punthuk setumbu. Cakep yak!
Dari
atas Tebing Breksi, kami bisa melihat Gunung Merapi dari kejauhan. Ada juga
candi Prambanan dan candi Ijo yang Nampak dari tempat saya berdiri. Aktivitas
landing dan take off pesawat di Bandara Adi Sucipto juga seru dilihat dari
sini. What a perfect morning!
Di
lokasi yang disebut-sebut sebagai salah satu destinasi instagramable ini,
banyak papan peringatan yang lucu, bikin mesam mesem sekaligus sindiran buat pasangan
yang hobi mojok di berbagai spot Tebing Breksi. Rasanya pengen sentil-sentilin
jakun bocah abege yang khusyuk banget peluk pacarnya. Masih pagi woooii!
Selain
buat pacaran, hahaha, bukit kapur ini juga sering dipakai untuk foto-foto. Dari
yang narsis doang sampai yang lebih serius. Di sini juga ada semacam
amphiteater, seru bangeeeet pasti kalau ada acara. Wishlist selanjutnya adalah
bisa kesini lagi saat sunset. Pasti baguus. *terharu. Kalau ke sini saat
weekend, sebaiknya pagi-pagi ataupun sore banget. Karena sekitar 1 jam kemudian, Tebing Breksi
kedatangan banyak rombongan yang heboh dan mengurangi kesyahduan. Panasnya terik banget juga.
Tak
dinyana, Af mengingatkan saya kalau pagi ini masih ada satu tempat dalam
itinerary untuk dikunjungi. “Pagi ini bukannya kamu mau ke desa teletubbies?”.
Wow, abang keselek apa? Tumben-tumbenan inget yang beginiii *nangis di bahu
fedi nuril *woi suami orang woi.
Rencana
ke desa Domes/Teletubbies luntur karena saya laper. Hahaha. Harus balik kehotel, karena ya kaaaan kita punya jatah sarapan. Sebagai gantinya, habis makan
jadilah saya dan Esti berenang aja di hotel.
Setelah
check out yang mepet hampir jam 12, kamipun makan siang di Gudeg Yu Djum di jalan Wijilan,
dilanjut belanja di Pasar Beringharjo. Lebih tepatnya borong sih, karena
tiba-tiba diminta beli kemeja seragaman untuk nikahan saya. Wooooh
nikahaaaaaan, jadi inget lagi deh kalo hari H tinggal menghitung hari *lupa gara-gara liburan hihihi.
By the way, sebelum pulang dengan kereta api di Stasiun Tugu, kami beli bekal makanan dulu di dekat area Pasar Kembang. Kami beli paket ayam keprak komplit (Rp 19.000) daaan surprisingly ngeunah! Ayam gorengnya empuk dan gurih, sambel bawangnya dikemas rapi anti tumpah dan sedep banget, kering ubi nya enak, plus tempe tahu dan urap yang nggak pelit porsinya. Namanya Pecel Bledek Madiun (Jl. Jlagan Lor No. 16, depan Hotel Perdana). Worth to try buat yang pengen makan kenyang ataupun bekal buat di kereta.
Daaaaan, liburan ditutup dengan tiba di Stasiun Senen, diusir-usir petugas untuk langsung keluar stasiun (dilarang duduk! Yahilah, kita berasa penumpang gak beli tiket), dan pulang dengan masuk angin karena jam 2 malam tidak ada kursi jadi duduk di ubin. Hahaha, aduuh gini-gini amat deh yaa stasiun ibukota kita :') Tapiii tentu saja bersyukur karena wishlist 'jalan-jalan sama sahabat sebelum menikah' sudah terlaksana. Ternyata menyenangkan sekalii :)
0 comments