Buku NIkah Hilang! Pengalaman Membuat Duplikat Buku Nikah di KUA



Buku NIkah Hilang! Pengalaman Membuat Duplikat Buku Nikah di KUA


Apes banget emang, buku nikah pake hilang! Padahal buku nikah adalah salah satu dokumen penting yang dibutuhkan untuk proses surat-surat lainnya. Akhirnya saya dan suami mengurus pembuatan duplikatnya di KUA tempat kami mendaftarkan pernikahan. Apa aja nih neeeng syaratnya? Ribet gaa?


Selama beberapa waktu, pertanyaan seputar hilangnya buku nikah berkutat pada:


Haaah? Kok bisa sih buku nikah ilang?
Nikahnya kan baru sebentar?
Emang terakhir ditaro mana?

Selalu banget ditanya ginian. Iya, buku nikah saya dan Afid dinyatakan hilang. Saya sama sekali tidak ingat terakhir ada di mana, dan kami sudah berulang kali ubek-ubek kamar sendiri, kamar orang tua, kantor, hasilnya nihil. Intinya sih kalo saya ingat terakhir ada di mana, tentunya nggak hilang dong ah ceu kokom. But I’ve got lesson learned, dokumen penting itu harus diinget baik-baik dimana nyimpennya!

Note: semua orang boleh heran dan nanya macem-macem, tapi Alhamdulillah suami saya tetap sabar, kalem dan nggak ngomel. Hahaha. Padahal if I were him, mungkin topic ‘kok-bisa-ilang-sih!’ ini akan bertahan yaaaa kira-kira 2 musim duren di Azerbaijan lah.

Kami yakin sekali sebetulnya si buku nikah pasti nyelip di suatu tempat di dekat kami, tapi memang belum ketemu aja. Namun tak ada pilihan lain selain mengurusnya karena rencananya dalam waktu dekat ada dokumen yang mau diurus, kalo nggak ada buku nikah, gimana atuh ceu dedeh? Masa iya pas ditanya pak Notaris mana buku nikah asli nya, saya jawab: ilang pak, nyusul ajalah yaaa ngasihnya?

Oke, jadi bu Maemunah, ini dia tips mengurus buku nikah yang hilang!


  • Siapkan Data Pendukung

Oke, langkah pertama adalah menyiapkan atau mencari data pendukung laporan kehilangan, yaitu fotokopi buku nikah. Untungnya saya pernah scan dan langsung saya emailkan ke suami, jadi filenya aman tersimpan dan tinggal diprint deh.


  • Buat Surat Kehilangan di Kantor Polisi

Selanjutnya, saya pergi ke kantor polisi. Untungnya loket pengaduan buka 24 jam, jadi saya bisa ke sini saat pulang kantor. Ada semacam tanya jawab dulu untuk memastikan jika buku nikah memang benar-benar hilang, bukan karena alasan lain (misalnya dibawa kabur pasangan yang sedang dalam konflik). Karenanya, kalau bisa pergi berdua suami supaya lebih meyakinkan.

Waktu itu saya pergi ke kantor polisi. Yaa dengan bolak balik ditanya: ini gak dalam proses pisah kan? Ya atuhlah paaak, pisah ditinggal ke indomart aja saya langsung kangen, padahal saya cuma nunggu di parkiran. Lucunya, saat memeriksa fotocopy buku nikah, polisi yang sedang menangani saya tiba-tiba bilang: lho? Ini mah tetangga saya! Saya dateng nih ke nikahan mbak! Wahahaha, ternyata pak pulisi rumahnya deket sama suami sayaa. Setelah obrolan ina inu, surat keterangan kehilangan pun segera di tangan.
-------

Eits, gimana kalo data pendukungnya hilang dan kita nggak tahu nomor buku nikahnya? Gimana dong ngurus surat di kepolisian nya?

Kalo kondisinya begini, prosesnya jadi dibalik. Datanglah dulu ke KUA tempat kita dicatatkan nikah, lalu ceritakan kondisinya. KUA kemudian akan mencarikan nomor buku nikah dan membuat surat keterangan untuk kita bawa ke kantor polisi untuk diproses surat keterangan kehilangan. Intinya sih permintaan pembuatan buku nikah baru memerlukan rekomendasi atau surat tertulis dari kepolisian. Begitu yhaa normalnya sebagai warga yang taat aturan :p

 Foto seadanya (maksudnya foto hasil editan satu-satunya yang dipunya). Inget yaa ukuran foto 2x3 tiga lembar


  • Berikan Dokumen ke KUA Pencatatan Nikah

Laluuu, proses deh ke KUA. Saya diarahkan ke Pelaksana Tugas atau Penghulu utama di KUA Kecamatan tempat saya mendaftar nikah. Yang diberikan adalah surat keterangan dari kepolisian, copy buku nikah dan foto (2x3 masing-masing 3 lembar). Di sini diberi nasihat panjang sekaligus ditanya-tanya. Suami kerja dimana? Suaminya mana? Baik-baik kan sama suami, masih serumah sekamar? Iiih pak penghulu kepo ajee *toel dagu. Lagi-lagi sebaiknya datang bareng suami. Yang saya tangkap sih petugas KUA ingin memastikan jika buku ini memang hilang tanpa ada sangkut pautnya dengan keharmonisan rumah tangga. Maka kalau datang berdua, bisa lebih meyakinkan.

Sayangnya hari itu buku duplikat buku nikahnya habis sekaligus lagi musim kawin! Jadi pak penghulu sibuk banget kayak orang mau nikahin (lhaaa emang iyaaaa). Pihak KUA menyimpan nomor hp saya, dan saya juga diberikan nomor hp pak penghulu, jadi bisa saling ngabarin (cie).

Dua minggu kemudian, akhirnya kabar bahagia itu datang. Buku nikah udah jadi!


  • Ambil Buku Bersama Suami

Asli deh, saya males diselidiki atau ditanya-tanya seolah rumah tangga saya lagi kenapa-napa. Jadi saya dan suami sudah niat mau ambil bukunya berdua,  bukan saya sendiri. Jadiii, pak penghulu bisa lihat niiih hubungan kita masih merah jambu sekali, ditoel senyum, kalo tatapan bertemu terus mesem-mesem,  jerawat di pipi suami layaknya melihat Swarovski yang sedang dikembangbiakkan di muka dan bisa dijual kembali dengan harga setara apartemen agung sedayu group.

Di sesi pengambilan buku nikah, pak penghulu banyak kasih nasihat ke juga tentang rumah tangga. Tentang bagaimana ‘pisah’ adalah kalimat yang sangat tabu untuk diucap sembarangan, juga masing-masing yang harus paham kewajibannya dalam rumah tangga.

I told my husband: kita waktu mau nikah gak pernah nginjek KUA sama sekali, bener-bener baru ketemu penghulu ya pas hari akad nikah. Eeeh ternyata kita memang ditakdirkan HARUS ke kantor KUA yaaa…


  • Siapkan Uang dan Amplop

Saya sudah bersiap uang Rp 200.000 kalau-kalau ada biaya ‘administrasi tak tertulis’ alias amplop. Bener aja, pak penghulu bilang ada biaya administrasinya. Yang bikin kaget, pak penghulu bilang begini: kalau nikah di luar kan bayarnya 600 ribu ya… Nah Pak Ahmad sama Ibu terserah deh mau kasih berapa, 500 atau 400 boleh….

Nahloh, disebut harga begini kami jadi grogi. Apalagi kami dan pak penghulu hanya dibatasi meja kerja yang nggak seberapa besar. Jadi kode-kode diskusi “kasih berapa nih?” dilakukan di depan orang yang mau dikasih. Hahaha. Di dompet kami berdua ada total 350 ribu, akhirnya itulah yang kami berikan. Huff alamat ga boleh jajan dulu iniiii seminggu! Hahaha.

Di perjalanan menuju kantor, kami masih ngebahas soal uang amplop. 350 ribu kebanyakan kan yaa?! 600 ribu itu kan kalo nikah di luar, lha kita kan ngurus duplikat di kantor KUA nya? Effort si bapak kan hanya tentang pencatatan, cap dan tanda tangan? Lagipula, kalo nikah di KUA kan gratis siiiis! Meskipun gedeg, tapi relakanlah, karena yang penting buku nikah sudah di tangan!

Awas lho ya jangan ilang lagi!

Komentar

Unknown mengatakan…
Maaf mau tanya.. kalau yang hilang cuma buku nikah suami sedangkan buku nikah istri ada.
apakah kira2 ada infomasi atau pengalaman KUA mau menerbitkan duplikat surat nikah yang baru ya untuk keduanya dengan asumsi surat nikah istri ditarik..
saya soalnya butuh dua duanya buat kepengurusan berkas visa menetap sementara dibelanda (MVV).

Saya sebenarnya sudah tanya dan proses ke KUA buat masalah sy. Setelah berproses, saya dibuatkan 1 lembar pengganti buat suami tapi bahasa indonesia dan bukan berbentuk buku.

Apakah ada yang faham mengenai peraturan penggantian surat nikah kalau hilang satu bolehkan pengajuan duplikat dua duanya (suami dan istri) dengan yang masih tidak hilang ditarik?
Unknown mengatakan…
Mba aku kan buku nikah hilang aku sama suami..
Pas aku ke kua ada datanya semua tapi..aku mesti bayar 600rb
Bagimana itu mbak??

Postingan populer dari blog ini

Ide Foto Maternity Simpel di Rumah, Pakai Handphone Aja!