Jalan-jalan Surabaya: Menemani Suami Nostalgia di
Kampus ITS Keputih
ITS dan Surabaya adalah sesuatu yang begitu melekat
pada suami saya, Af. Selama 5 tahun kuliah disana, dan meninggalkan Surabaya
tahun 2011, sepertinya memori masa alay, kere dan muda Af (hehe) masih begitu nempel! Dan akhirnyaaa kami punya rezeki untuk main-main ke Surabaya dan ITS. Cowok
lulusan Fakultas Teknik Kelautan inipun bahagia banget!
To be honest, saya bukan orang yang ‘awet’ memelihara
kenangan masa sekolah. Asli deh :’))
Meskipun begitu, saya cukup menikmati kesan-kesan Af
tentang masa kuliahnya di ITS dulu. Meskipun setelah itu Af lanjut kuliah di
ITB, kuantitas ceritanya masih lebih banyak tentang ITS! Bahkan Af menyebut
dirinya: Aku ini anak ITS yang lanjut kuliah di ITB. Kayaknya kenangan yang doi
lewati di Surabaya ga kelar-kelar diceritain ke istrinya. Saya jadi tahu gimana
serunya keseruan tipe mahasiswa seperti Af (merantau, teman kuliah tetap solid
sampai sekarang, begitu juga teman kost), ketika masa kuliah yang saya lewati
kok kayaknya datar-datar aja. Wahahaha.
Semesta mendukung kami sampai di Surabaya. Hmm, lebay
ga sih? Hahaha, di tengah cicilan-cicilan masa muda, travelling terasa lebih josss biayanya. Setelah ngecek-ngecek
poin Garuda Miles dan memanfaatkan aneka diskon dari aplikasi hotel, kami bisa
dapat harga tiket dan hotel dengan jauh lebih murah.
Saya melihat Af excited banget ketemu teman-teman
kosnya dulu. Tapi mungkin Af nggak sadar, karena saya juga seneng akhirnya bisa
melihat dan mendengar Af ngomong full bahasa Jawa ala Surabaya, lengkap dengan misuh-misuhnya!
Soal kampusnya, menurut saya sih kaku dan kurang banget soal estetika. Tapi ya komen barusan nggak begitu penting, kampus saya dulu jaman 2006 kurang kece apalagi coba, tapi justru saya mikir kalo fasilitas yang seadanya justru bikin masa-masa saat Af baru meletek itu jadi lebih berwarna. Halah bahasa guwee :))
Soal kampusnya, menurut saya sih kaku dan kurang banget soal estetika. Tapi ya komen barusan nggak begitu penting, kampus saya dulu jaman 2006 kurang kece apalagi coba, tapi justru saya mikir kalo fasilitas yang seadanya justru bikin masa-masa saat Af baru meletek itu jadi lebih berwarna. Halah bahasa guwee :))
Dari Fakultas Teknologi Kelautan ITS, kami lanjut ke
kawasan belakang kampus, yaitu Gang Makam, Keputih untuk melihat kondisi
kos-kosannya sekarang. Surprisingly, gang kosan Af dulu sudah banyak digambar
mural-mural keren. Kami yang full jaket, masker, helm dan nenteng motor jadi
foto-foto dulu deh! Saya juga cengar cengir saat lewat toko Endang, yang dulu
pernah diceritain Af sebagai: toko serba ada, saking lengkapnya tanda tangan
dosen juga mungkin dia jual. Hahahaha.
Kami juga mampir ke lokasi yang disebut Instagrammable
di daerah Keputih, sekitar 10 menit dari ITS (coba search di Google: Hutan Bambu
Keputih). Lucu juga sih karena ada area hutan bambu di area perumahan yang
cukup menarik buat foto-foto.
Sayangnya banyak sekali sampah daaaan…. Cacing plus ulat. Asli deh saya langsung ciut. Salut juga ya sama satu kelompok embak-embak berbaju kompakan dan bersepatu hak tinggi yang kuat lama-lama disini dan foto berbagai angle. Mungkin dia beruntung karena nggak kopdar-an sama cacing dan ulat ituuuu!
Sayangnya banyak sekali sampah daaaan…. Cacing plus ulat. Asli deh saya langsung ciut. Salut juga ya sama satu kelompok embak-embak berbaju kompakan dan bersepatu hak tinggi yang kuat lama-lama disini dan foto berbagai angle. Mungkin dia beruntung karena nggak kopdar-an sama cacing dan ulat ituuuu!
Serunya, di sebelah hutan bambu ini ada Taman Harmoni!
Tamannya bagus dan luaaas, sayangnya kami nggak bisa eksplor lama karena hujan.
Taman ini rapi dan terawat dengan area parkir yang rapi. Meskipun begitu, taman
ini cenderung lebih sepi dibanding hutan bambu.
Selanjutnya kami cari makan di area belakang kampus
ITS. Menu yang lagi kepingin dimakan adalah tahu telor. Sayangnya kok nggak nemu!
Akhirnya pindah opsi ke sebuah warung seafood yang keliatan rame, namanya Ikan
Bakar Keputih di jalan Ahmad Dahlan. Menunya cukup mewah dan berkelas buat anak
kuliahan, yaitu ikan gurame, ayam, cumi, udang dan lele yang semuanya disajikan
dengan pilihan bumbu saus asam manis, saus padang, saus telor asin, kremes,
saus kecap, saus inggris, juga dibakar. Semuanya plus nasi dan air putih Rp
15.000 aja!
Pilihan saya adalah nasi cumi telor asin dan mas Af nasi gurame bakar. Cuminya dipotong tipis dan digoreng tepung, lalu disiram
saus telor asin. Untuk ikan gurame, dapat 1 bagian kepala dan 1 bagian
badannya. Rasanya cukup enak, apalagi plus sambal tomat yang seger. Yaaa
pastinya bikin kenyang dan bisa mengobati kerinduan akan seafood ‘beneran’ yang
porsinya besar dan harganya lumayan untuk mahasiswa rantau yaaa!
Sayangnya kami hanya bisa stay Sabtu dan Minggu di
Surabaya, dengan memecah waktu ketemu keluarga di Sidoarjo dan lanjut ke Malang
di Senin pagi. Lagi musim hujan angin juga, jadi kami beberapa kali basah kuyup
kena hujan (meskipun sudah pake jas hujan yaaa) karena kemana-mana naik motor
sewaan. Tapi 2 hari yang singkat terasa cukup nyenengin, apalagi bisa bikin
suami nyengir terus kaaan balik ke kota tercintanya. Heheheheu. Mudah-mudahan
bisa jalan-jalan seru lagi ke Surabaya!
Komentar