Sudah setahun! Ihwaw ternyata usia pernikahan
saya dan Mapit sudah menginjak tahun pertama. Momen anniversary ini juga
kami ‘rayakan’ dengan silaturahmi dengan dokter kandungan. Ciee silaturahmi :))
Lalu bagaimana dan gimana hasilnya? Hyuk Sahabat Dahsyat, mari baca ceritanya
sampe bawah!
Kenapa menunggu setahun? Err, itu sebelumnya
lebih kepada psychological reason aja sih. Ada pengaruh antara omongan
orang lain mengenai tahun pertama yang belum dikaruniai momongan. Ada yang
bilang “nunda ya? Terlalu capek ya? Belum mau punya anak ya? Terlalu sibuk
kerja ya?” ada juga pendapat sotoy tentang “Halaaah setahun juga belom,
santai aja sih, buru-buru amat”. Keliatan santai, dibilang nunda. Tampak
berupaya, disangka ga sabaran. Gitu aja terus sampe Thor liburan ke Jatiluhur
terus ngeborong jilbab di Sport Station!
Kami pikir 1 tahun untuk periksa ke Obgyn
adalah waktu yang pas, nggak kelamaan tapi juga nggak kecepetan. Sebetulnya
motivasi terbesar kami ke dokter bukanlah “kepingin cepet-cepet punya anak”.
Kami sama-sama punya pandangan kalau punya anak adalah salah satu
tujuan dan konsekuensi pernikahan, dan kami berikhtiar untuk itu.
Sisanya Allah yang tentukan. Toh rezeki pernikahan kan tidak melulu seputar
keturunan, tapi kondisi rumah tangga
yang sehat, menyenangkan dan saling setia juga rezeki tak ternilai, kan?
Tentang ingin segera dipercayakan Allah untuk
hamil dan punya anak, iya banget. Tapi alasan utama ke dokter adalah mau lihat
apakah ada masalah atau kendala yang perlu dibenahi. Jadi kami punya waktu
untuk ‘memperbaiki’ dan cari jalan keluar. Ya kan shaaaaayyy. Bersyukur dikasih
waktu pacaran ekstra 1 tahun. Kami diberi waktu untuk LEBIH siap
jadi orang tua.
Untuk menentukan ke dokter yang mana, saya
tanya-tanya teman dan banyak Googling. Alasannya, saya kepingin ketemu dokter
kandungan yang nggak nyebelin sekaligus nggak antri lama. Dari berbagai
rekomendasi dan pertimbangan, saya dan suami memutuskan untuk mengunjungi
dokter Teuku M. Iskandarsyah, Sp.OG. di Rumah Sakit Ananda Bekasi. Kenapa
dokter laki laki? Hmm, sebetulnya Mapit prefer dokter perempuan.
Tapi ada pertimbangan lain yaitu: deket rumah, jadwal pak dokter banyak, dan
waktu antri nggak panjang-panjang amat jadi nggak perlu siapin waktu khusus
untuk perjalanan dan konsultasi. Ngobrol sama temannya Mapit yang jadi dokter
jaga di RS Ananda dan teman saya di Farmasi RS Ananda, Dokter Teuku orangnya
enak. Mari dicobaa. Jiaah dicoba, nasi padang kali ah.
Sabtu siang akhirnya saya daftar konsultasi
melalui telepon RS Ananda di nomor telepon 021-8854338. Entah kenapa telepon
bagian pendaftaran ini lamaaa banget diangkat. Ngabisin pulsa banget, karena
pake sistem hotline. Jadwal praktek Dr. Teuku hari Sabtu jam 08.00 – 14.00, saya
telepon jam 12.00 dan tanya apakah masih bisa daftar, ternyata masih bisa.
Sekitar jam 13.15 kami sampai di RS Ananda,lalu
daftar ulang dan dicek tensi plus berat badan.
Cerita yang saya baca-baca di blog orang,
nunggu dokter Obgyn itu kudu siap-siap istigfar dan sabar karena akan lamaaaaa
nunggunya. Kami sudah siap amunisi masing-masing, saya bawa earphone, video
download-an di Youtube dan Mapit tentunya dengan game di hp nya. Eh
Alhamdulillah, gak sampe 30 menit udah dipanggil.
Terus saya deg-degan. Bakal diapain nih
kira-kira? 'Perkenalan' pertama saya dengan dokter obgyn cukup awkward
karena nggak biasanya saya jadi irit ngomong di depan dokter. Gue bingung
sendiri, ihh segininya amat sih nervous, sampe bingung mau nanya dan
konsultasi apaan! Wkwkwk. Macamnya dateng ke Obgyn gara-gara hamil diluar nikah
deh ah hahaha. Tapi mungkin si dokter udah biasalah ya menghadapi pasien kayak
saya gini.
Pertanyaan beliau sih standar, tentang gaya
hidup kami, siklus berhubungan suami istri. Ehem, ya kalo telfonan sih
hampir tiap hari, tergantung sinyal. Pertanyaan ke saya: bagaimana
siklus menstruasinya, sering keputihan nggak, dan terkait tanggal terakhir
menstruasi. Pertanyaan ke Mapit: Merokok nggak? Sering begadang nggak? Setelah
itu saya diminta tiduran dan diperiksa.
Ceritanya udah GR aja nih bakal disuruh
transvaginal. "Wadaw uwe disuru ngablak nih
aduduh". Ya
kebayang bakal mirip saat papsmear tahun lalu, tapi lebih 'ihiy' dan
tindakannya oleh dokter pria pula. Eh ternyata cuma USG biasa aja, hehehe. Rok
diturunin sedikit sama susternya, lalu ditutup tisu. Kemudian perut diberikan
pelumas yang dingin, untuk kemudian alat USG nya diletakkan di perut. Nggak
sakit sama sekali, dingin aja hehe. Yah mirip-mirip kalo saya lagi di US saat
fisioterapi kaki.
Long story short, alhamdulillah adalah rahim saya bagus. Saran dokter hanya seputar makanan dan vitamin, serta siklus
berhubungan 2 hari sekali di masa subur. Untuk saya, dianjurkan banyak makan
alpukat, madu, dan mengurangi penyedap rasa. Suami disarankan banyak makan
tauge dan madu. Dokternya gimana? Belum bisa terlalu menilai, tapi first
impression cukup oke karena dokter nggak mengeluarkan saran judgemental.
Dokter juga memberi obat yang penggunaannya
beda-beda. Apa aja thu, mpok? Yang pertama Folavit untuk diminum setiap pagi,
kemudian obat Profertil untuk diminum mulai haid hari kedua, dan Astria mulai
haid hari ke 9. Untuk suami, diberi resep Glisodin untuk dikonsumsi saat istri
haid di hari 9. Total biaya obat adalah Rp 445.000, dan biaya dokter Rp
150.000. Total Rp 595.000 untuk kunjungan kami yang pertama ke Obgyn.
Setelah pemeriksaan awal ini, saya makin yakin
kalau memang sebaiknya kalau punya keinginan untuk periksa kondisi rahim,
periksa aja tanpa nunggu pernikahan 'sudah ada umur nya'. Bersyukur saya tidak
punya masalah serius mengenai rahim. Gimana untuk pasangan lain yang ternyata
ada kista atau miom yang mengganggu dan berisiko? Atau bahkan baru tahu ada
saat sudah hamil. Dengan begitu, jadi lebih paham dan siap kan menghadapi
kehamilan. Mudah-mudahan ikhtiar kami untuk bisa siap, bisa amanah dan bisa
mampu untuk hamil - melahirkan dan membesarkan anak dengan baik akan dipermudah
Allah. Aamiin...
Sumber foto: https://www.flickr.com/photos/geishaboy500/3106170267/
1 comments