Siapa
sih yang nggak grogi saat mau melahirkan? Kebayang akan bagaimana prosesnya,
berapa lama, dan akan ada hambatan gak ya? Sakitnya kayak apa ya? Kalau saya
saat hamil Jazea, memasuki usia kehamilan 30 minggu sudah mulai merasa panik,
grogi, dan kadang-kadang sampai jadi mellow karena pikiran-pikiran sendiri. Ya
gimana Ceu Romlah, kan kita sendiri yang akan ngerasain. Dan kata orang-orang, apa
yang sudah kita pelajari, kuasai, seringnya agak belok realitanya dengan aneka
surprise di hari H kelahiran.
Trus
gimana dooong biar gak se-grogi dan gak se-panik itu? Terutama untuk kelahiran
pertama ya sis. Setelah sebulan lalu melahirkan, akhirnya saya menyimpulkan
beberapa hal. Ohya, saya sendiri melewati persalinan secara Caesar, setelah
kontraksi selama sekitar 3 hari dan mentok di bukaan (hampir) 5. Jadi kurang
lebih punya pengalaman operasi sekaligus mules-mules sedapnya yaa...
1.
Pelajari Ilmunya
Kalau kita paham dan kenal seluk beluk tentang proses melahirkan, insya Allah jadi lebih pede menghadapi hari H. Karena sudah punya gambaran akan seperti apa prosesnya dan apa aja yang kira-kira akan dilalui.
Banyak-banyak gali informasi dari berbagai sumber. Manfaatkan momen kontrol ke Dokter/Bidan untuk banyak tanya. Selanjutnya yaitu blog/website/tulisan orang, serta Youtube. Asli deh yaaa masa-masa menunggu kelahiran saat sudah cuti kerja, saya tuh nonton Youtube terus. Beberapa channel/figur yang sering saya simak videonya antara lain Dokter Ardiansyah Dara SpOg (karena penjelasannya realistis), juga channel Kriwilife punya Bidan Oni Kristi. Ada juga vlog-vlog public figure kayak Rachel Vennya, Vendryana, Andien. Masih banyak juga channel Youtube yang sangat informatif lainnya seputar kehamilan, tapi sesekali aja saya nontonnya. Either soundnya terlalu kecil, terlalu bertele-tele, cara menyampaikannya gak menarik, dan lainnya. *halah nyari informasi gratis aja pake banyak milih luu Maemunah*.
Banyak-banyak gali informasi dari berbagai sumber. Manfaatkan momen kontrol ke Dokter/Bidan untuk banyak tanya. Selanjutnya yaitu blog/website/tulisan orang, serta Youtube. Asli deh yaaa masa-masa menunggu kelahiran saat sudah cuti kerja, saya tuh nonton Youtube terus. Beberapa channel/figur yang sering saya simak videonya antara lain Dokter Ardiansyah Dara SpOg (karena penjelasannya realistis), juga channel Kriwilife punya Bidan Oni Kristi. Ada juga vlog-vlog public figure kayak Rachel Vennya, Vendryana, Andien. Masih banyak juga channel Youtube yang sangat informatif lainnya seputar kehamilan, tapi sesekali aja saya nontonnya. Either soundnya terlalu kecil, terlalu bertele-tele, cara menyampaikannya gak menarik, dan lainnya. *halah nyari informasi gratis aja pake banyak milih luu Maemunah*.
Tapi
hati-hati juga, kebanyakan informasi juga bisa bikin gumoh. Misalnya aja ada
teman yang hobi sharing tentang betapa sakit dan traumatisnya melahirkan. Ada
yang seneng nakut-nakutin. Ada juga yang 'mengecilkan' semangat kita dalam
mencari tahu soal persalinan dan per-bayi-an. Pokoknya pinter-pinterlah saring
informasi yang masuk biar gak baper dan nggak mual. Hahaha.
2.
Kompak Bareng Suami/Pendamping Persalinan
Dalam persiapan persalinan, baiknya kita nggak sendirian. Libatkan pendamping persalinan untuk belajar bareng dan sama-sama bersiap. Alasannya di hari H persalinan, diprediksi kita akan butuh orang lain untuk 'melayani' dan bantu, jadi kalau sudah kompak kan lebih mudah.
Biasanya pasangan dan/atau orang tua ataupun dengan doula. Kalau saya, dari awal sudah bertekad mau melahirkan ditemani suami aja. Pokoknya kami sudah siap-siap jika dari awal masuk rumah sakit sampai pulang ke rumah, suamilah yang akan full menemani. Kenapa begitu, Rojali? Karena saya lebih nyaman jika tidak banyak intervensi, dan kami saling kenal luar dalam. Saya kurang nyaman jika menunjukkan rasa sakit atau tidak nyaman di hadapan banyak orang.
Biasanya pasangan dan/atau orang tua ataupun dengan doula. Kalau saya, dari awal sudah bertekad mau melahirkan ditemani suami aja. Pokoknya kami sudah siap-siap jika dari awal masuk rumah sakit sampai pulang ke rumah, suamilah yang akan full menemani. Kenapa begitu, Rojali? Karena saya lebih nyaman jika tidak banyak intervensi, dan kami saling kenal luar dalam. Saya kurang nyaman jika menunjukkan rasa sakit atau tidak nyaman di hadapan banyak orang.
Naah,
jadi saya dan suami sering banget diskusi soal kehamilan dan persalinan. Lebih
mudah juga komunikasinya karena sudah biasa, kan. Jadi jelas saya maunya apa,
bagaimana. Begitu juga jika ada orang tua atau orang selain suami yang akan
menemani kelahiran, sering-seringlah sharing agar punya kesamaan persepsi dan
informasi. Ini penting banget, karena khawatir saat melahirkan nanti saya blank dan pendamping persalinan bisa membantu mengarahkan saya sesuai apa yang sudah kita pelajari. Jadi berasa lebih aman dan nyaman kaan sering sharing dan cari tau bareng.
FYI
niih tiap punya informasi tentang kehamilan atau persalinan, biasanya langsung
saya share dengan cerita / chat / share link nya ke suami. Yang ter-receh
bahkan saya share juga playlist lagu di Youtube, kali aja bakal diputer saat
saya bersalin (dan ujungnya nggak diputer siiih wkwkwk). Tas persiapan ke rumah
sakit juga kami packing bareng. Total kami siapkan 3 tas.
Tas
pertama, isinya barang-barang yang sekiranya saya butuhkan saat pertama kali
banget masuk rumah sakit/IGD atau SEBELUM persalinan. Baju ganti saya dan suami,
pakaian dalam, alat mandi, camilan, dan lainnya (hahaha kok lupa ya apalagi).
Tas
kedua isinya adalah barang-barang yang kemungkinan dibutuhkan SETELAH
persalinan atau masuk kamar rawat inap. Lagi-lagi baju ganti saya dan suami,
selimut dan bantal untuk suami dan lainnya (haha well prepared banget ye),
pompa asi, pembalut, kerudung, dan lainnya.
Tas
ketiga isinya adalah kebutuhan bayi. Kebanyakan kebutuhan bayi ini malah gak
kepake hahaha. Yang kepake hanya: pampers, tisu basah/kapas bulat, sarung
tangan sarung kaki, dan juga baju untuk pulang ke rumah. Itu ajaa. Sisanya pake
barang-barang milik rumah sakit.
Printilan
lainnya yang juga saya bawa: karpet/tikar lipat untuk keluarga atau tamu yang
datang, aqua gelas, kopi teh dan alat makan seadanya dirumah, serta sajadah dan
mukena. Ya pokoknya segala rupa saya bawa dan taro di mobil aja. Karena rencana
kami suami gak pulang sampai waktunya saya dan bayi pulang, jadinya mendingan
dibawa tapi ga dipake daripada ada yang kurang. Untuk makan-makan, biasanya ibu
saya datang sambil bawa makanan banyak ataupun bisa GoFood aja.
3.
Rajin Yoga/Senam Hamil
Persiapan tubuh juga penting banget untuk meningkatkan rasa percaya diri kita jelang persalinan.
Sejak hamil 25 minggu, saya rajin cari tahu tentang yoga hamil. Yoga pertama yang saya ikuti adalah Prenatal Aqua Yoga bareng Prenatal Yoga Jakarta Timur (coba cari yaa Instagramnya) dengan harga Rp 200.000. Yoga air ini rasanya enak bangeeet dan nyaman di kolam renang dan diakhiri dengan mandi air hangat. Selanjutnya saya sempat coba prenatal yoga di The Good Prana Summarecon Bekasi dengan harga Rp 175.000/sekali datang. Selain itu juga pernah nyoba senam hamil di rumah sakit Awal Bros Bekasi Utara dengan harga Rp 20.000 include snack dan susu. Yoga terakhir yang saya ikuti di minggu ke 33 ikutan event nya Prenagen. Sesekali ikut kelas ibu hamil gini bikin jadi semangat deh. Ngeliat ibu hamil lain fit, cantik, kece, segar, kan jadi memotivasi kita juga yaa.
Sejak hamil 25 minggu, saya rajin cari tahu tentang yoga hamil. Yoga pertama yang saya ikuti adalah Prenatal Aqua Yoga bareng Prenatal Yoga Jakarta Timur (coba cari yaa Instagramnya) dengan harga Rp 200.000. Yoga air ini rasanya enak bangeeet dan nyaman di kolam renang dan diakhiri dengan mandi air hangat. Selanjutnya saya sempat coba prenatal yoga di The Good Prana Summarecon Bekasi dengan harga Rp 175.000/sekali datang. Selain itu juga pernah nyoba senam hamil di rumah sakit Awal Bros Bekasi Utara dengan harga Rp 20.000 include snack dan susu. Yoga terakhir yang saya ikuti di minggu ke 33 ikutan event nya Prenagen. Sesekali ikut kelas ibu hamil gini bikin jadi semangat deh. Ngeliat ibu hamil lain fit, cantik, kece, segar, kan jadi memotivasi kita juga yaa.
Naahhh
setelah minggu ke 35, saya nggak lagi ikutan kelas-kelas yoga di luar. Selain
eungap, saya juga mau hemat shay boros juga sering-sering yoga di tempat bagus
tuh hahaha. Jadi saya rajin exercise dirumah sambil liat video yoga nya Andien,
juga video senam hamil nya Bidan Oni Kristi di channelnya Kriwilife. Dua
exercise ini buat saya cenderung ringan, realistis diikuti, dan gak memberatkan.
Selain itu, saya rajin main gymball dan jalan pagi dirumah. Gymball tuh ngebantu bangeet
selama kehamilan dan keluhan di punggung dan pinggang. Sementara jalan kaki bikin paha jadi lebih enak nggak kaku.
Nah
senam hamil dan yoga hamil ini punya beberapa manfaat. Pertama bikin bumil fit
karena rajin bergerak. Kedua bisa jadi ajang sharing, tanya-tanya dan juga
ngobrol bareng bidan dan sesama peserta senam. Ketiga, gerakan yoga selain
bikin bugar juga sekaligus membantu mengoptimalkan posisi bayi, bikin otot
nggak kaku dan meminimalisir keluhan sakit di badan. Saya sih ngerasa lebih
pede menjelang hari kelahiran dengan sering-sering senam ataupun yoga.
4.
Buat Birthplan
Naah
kalau yang ini lebih kepada keinginan kita tentang hari kelahiran itu maunya
seperti apa. Kita bisa rencanakan apa saja. Kalau saya, sebisa mungkin
birthplan ini sifatnya realistis, nggak memberatkan, nggak ribet, dan
kemungkinan bisa diwujudkan. Kira-kira birthplan saya sebagai berikut:
1. Rawat
inap di kamar yang 1 kamar 1 pasien dengan kamar mandi dalam (memanfaatkan
benefit rawat inap dari kantor)
2. Ditemani
HANYA oleh suami dari awal sampai akhir di rumah sakit
3. Jika
harus Caesar, suami ikut menemani di dalam ruang operasi
4. Mau
GoFood sate kambing RM Anda Bungur setelah lahiran (hahaha)
5. Tidak terlalu banyak tamu atau keluarga yang datang
6. Tidak teriak, nyakar/menyakiti suami saat kontraksi
6. Tidak teriak, nyakar/menyakiti suami saat kontraksi
Apalagi
ya? Kayaknya sih itu aja deh.
Nah,
apakah semuanya terlaksana? Poin 1 dan 2 alhamdulillah terlaksana. Poin 3
enggak, karena sebelum saya masuk ruang operasi justru suami diminta ke ruang
administrasi di bawah, otomatis nggak ketemu deh. Poin 4 juga enggak, karena
ternyata makanan rumah sakit selalu saya habiskan dan no space for sate kambing
wkwk. Poin 5 hmm yaa sepertinya terlaksana juga. Naah poin 6 alhamdulillah kesampaian, karena saya masih sadar kalau teriak dan nyakar gak akan meringankan kontraksi. Malah yang ada buang energi dan meningkatkan emosi.
Kecewa
nggak birthplan nya nggak semuanya terlaksana?
Nggak
sih, biasa aja. Karena memang kondisinya membuat saya jadi serbapasrah. Suami
gak ikut ke kamar operasi dan nggak pamitan sama suami sesaat sebelumnya gak
bikin saya ngambek karena suster di RS Awal Bros Bekasi Utara ramah-ramah
sering ngajak ngobrol. Selain itu juga kayak ngerasa "apalah arti ngambek
gak ditemenin suami dibandingkan dengan sakitnya kontraksi berhari-hari
sebelumnya" hahaha. Karena pengalaman operasi pertama kali yang cukup
rileks, sayapun keluar ruangan operasi dengan ceria. Pas ketemu suami yang menunggu di depan ruangan operasi malah
dadah-dadah sambil nyengir hehehe.
5.
Realistis
Nah
ini, lagi-lagi realistis. Saya nggak mau terlalu detil dalam bikin birthplan
karena mikir... kalo bikin rencana detil banget trus gak terlaksana tuh
bisa-bisa jadi kecewa.
Jadi
saya mencoba untuk berfikir realistis. Apalagi ini akan menjadi pengalaman
rawat inap dan operasi pertama di dalam hidup saya.
Realistis
kalau rasa sakit pastiii akan dirasakan, namanya juga melahirkan
realistis
kalau saya akan menerima banyak suntikan dan akan banyak rasa tidak nyaman
realistis
kalau selama ini saya hanya intouch dengan dokter kandungan. Saya nggak kenal
siapakah dokter anaknya, bidannya, suster-susternya. Jadi saya tidak bisa
expect semua orang akan ramah, sopan, menghormati, well informed dan bagus
komunikasinya ke saya (pasien). Jadi yaa gak berharap semua pihak akan melayani
saya sebagaimana yang saya inginkan.
--- Well, ini cukup membantu sih. Saya jadi gak kaget kalau dokter-dokter akan mengunjungi saya dalam durasi yaaaanggg... sangat singkat HAHAHA. Kehadirannya yang selalu 'tau-tau dateng' bikin saya belum kepikir mau nanya apa eh dokternya udah caw. Jadi kayak banyak kelewat informasi seputar peristiwa lahirannya, padahal setahu saya di RS tempat lahiran ini belum banyak pasien melahirkan dan pasien yang kontrol. Kayaknya malah para bidan yang lebih banyak berperan dan saya andalkan karena penjelasannya cukup banyak. Sebagai pasien dengan kelas kamar Deluxe, terkadang merasa 'kok gw gak dikasih penjelasan ini ya, gak dikasih tau edukasi ya'. Tapi ini gak terlalu bikin bete sih. Yang penting bayi dan ibu selamat ya kan.
Naah, berfikir realistis membantu saya gak banyak baper melihat sesuatu yang "ih kok gitu banget ya?".
--- Well, ini cukup membantu sih. Saya jadi gak kaget kalau dokter-dokter akan mengunjungi saya dalam durasi yaaaanggg... sangat singkat HAHAHA. Kehadirannya yang selalu 'tau-tau dateng' bikin saya belum kepikir mau nanya apa eh dokternya udah caw. Jadi kayak banyak kelewat informasi seputar peristiwa lahirannya, padahal setahu saya di RS tempat lahiran ini belum banyak pasien melahirkan dan pasien yang kontrol. Kayaknya malah para bidan yang lebih banyak berperan dan saya andalkan karena penjelasannya cukup banyak. Sebagai pasien dengan kelas kamar Deluxe, terkadang merasa 'kok gw gak dikasih penjelasan ini ya, gak dikasih tau edukasi ya'. Tapi ini gak terlalu bikin bete sih. Yang penting bayi dan ibu selamat ya kan.
Naah, berfikir realistis membantu saya gak banyak baper melihat sesuatu yang "ih kok gitu banget ya?".
6.
Bandingkan dengan Orang-orang
Wahahaha.
Ada dua orang yang saya ingat saat sedang puncaknya sakit kontraksi. Rasanya
kan sakit gak karuan yaa, mules luar biasa. Saya bayangin siapa coba?
Yasmine
Wildblood. Saat lahiran, Yasmine tetap cakep, kece, BISA lahiran normal. Yasmine aja bisaaaaa, masa elu mau
nyerah siiihh jubaedah? *meski akhirnya minta caesar juga HAHAHA. Satu lagi,
temen kantor yang juga kece, sebut saja A. A ini sudah berjuang melahirkan
normal, lalu ditambah bantuan induksi, eh pas udah bukaan lengkap, tenaganya
habis buat ngeden. Akhirnya caesar. Wow, 3 kali sakit dan dia bisa lho!
Melahirkan
memang momen sakral buat setiap orang. Orang lain juga melewatinya. Dan mereka
bisa survive kok! Kita juga harus bisa, yeahhh!
7.
Berdoa!
Ini
jelaaasss tidak perlu diragukan lagi ya sister. Jangan lupa minta doa dari
keluarga, khususnya orang tua.
------
Pada
akhirnya saya mikir... Bagaimanapun metode melahirkannya, apapun pengalaman
yang kita lewati, kita adalah orang-orang terpilih yang ditunjuk Allah menerima
titipanNya. Jadi dijalani aja, disiapkan apa yang perlu disiapkan, dipelajari
apa yang perlu dipelajari sebaik mungkin, sisanya kembalikan pada Sang Pemberi
Amanah.
Jadi
mari ibu-ibu, semangaaattt menjelang HPL. Kita pasti bisaaa!
Komentar