Frenotomi Lip Tie dan Tongue Tie Bayi 15 Bulan di BWCC Bekasi

 

 [BACA DULU --> Drama GTM Berkepanjangan, Lip Tie dan Tongue Tie]


Okeh, sampailah kita pada hari dimana Jazea akan di frenotomi atau digunting lip tie dan tongue tie  (TT dan LT) nya. Ciyus deh, saya sebenernya biasa aja, di mindset saya “kayaknya ini bukan hal luar biasa, banyak sekali bayi diluar sana yang juga mengalami ini. It’s gonna be easy and fast”, batin saya.

 

Ternyata hari itu, frenotomi Jazea dilakukan oleh Dr. Ayi Dilla, SpA dari BWCC. Pada jam dimana saya dan dokter janjian, BWCC yang tadinya hanya kami pasien yang menunggu, gak lama jadi cukup ramai. Ternyata semuanya pasien dokter Ayi, wah jelas favoritnya ibu-ibu nih. Sebelum tindakan, dokter Ayi melakukan tanya jawab dulu seputar pola makan dan menyusui Jazea, serta memberi penjelasan. Baru ketemu sebentar, saya paham kenapa pasien dokter Ayi banyak. Cara menjelaskannya menenangkan dan rasional. Pemilihan kalimatnya efektif, dan suara yang tertutup masker diperjelas dengan gerakan tangan.

 

“Dari kebiasaan makan dan menyusuinya, dan ciri-cirinya sangat kuat mengindikasikan lip tie dan tongue tie”, jelas dokter Ayi. Yang kemudian membuat saya JLEB adalah ketika dokter Ayi menanyakan dengan detil riwayat lahir Jazea serta kapan diketahui ada TT dan LT. “TT dan LT sebetulnya saat lahir sudah langsung bisa dideteksi”.

 

Lagi-lagi kalimat “WHERE HAVE YOU BEEN, KEMANE AJE LU MAESAROH!” muncul di kepala. Dari lahir sudah bisa diketahui? Kenapa anak owe umur 15 bulan baru ketahuan? Mungkin aja kalau dari awal diketahui, makan dan menyusu (dan tentu gizinya) akan lebih baik. Mungkin aja kalau dari awal diketahui, tindakan dan pasca tindakan jadi lebih mudah karena bayinya masih belum banyak bergerak. Tapi semua kuasa Allah, better late than never.

 

Bener aja, tindakan frenotomi berjalan dengan penuh pemberontakan, hahaha. Jazea dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan pegangan 2 suster dan 2 dokter di dekatnya. Saya sih tentu saja hanya duduk di pojokan, gak mellow tapi juga nggak tega ngeliat langsung. Kita tunggu hasilnya aja, hehe. Saya duduk dengan posisi siap menyusui, jadi baju sudah diangkat dan bra sudah dibuka. Setelah tindakan frenotomi selesai, Jazea langsung dipindahkan dari tempat tidur tindakan ke pangkuan saya untuk segera disusui. Sebentar kok tindakannya, 5 menit selesai kali yaa. Yang bikin lama adalah mengkondisikan si bayi 15 bulan yang berontak hahaha.

 

Beberapa benda yang saya bawa antara lain:

1. Baju ganti Jazea dan baju ganti ibu (kalau-kalau darah dari mulutnya kena baju. Nggak kepake sih karena darahnya cuma nyiprat sedikit dari mulut dan langsung dilap tisu)

2. Apron menyusui (kemungkinan akan keluar ruang dokter dengan posisi masih menyusui)

3. Mainan atau benda kesukaan Jazea (kalau saya bawa buku cerita)

 

Usai tindakan, PR terkait TT dan LT belum selesai. Masih ada senam lidah yang harus dilakukan sebanyak 5 kali sehari. Ada juga obat oles dan obat minum yang diresepkan. Yaa perkiraan 3 minggu setelah tindakan, si bayi perlu perhatian dan waktu ekstra laah. Kalo kata dokter Ayi “kita melakukan ini bukan untuk menyakiti dia, tapi demi kesehatannya”, itu menguatkan saya karena (ternyata) senam lidah pada Jazea tidak semudah minta bawang goreng ke tukang nasi uduk. Wkwk.

 

Usai tindakan dan konsultansi dengan dokter Ayi, sayapun pindah ke ruangan sebelah untuk lanjut konsultansi dengan dokter laktasi bersama dokter Aini. Pertemuan dengan dokter Aini dimulai dengan tanya jawab latar belakang orang tua dan cerita soal kondisi Jazea – termasuk kebiasaannya makan dan menyusu. Dokter Aini juga mengajarkan bagaimana senam lidah yang nantinya akan kami lakukan dirumah.

 

Apakah mudah? Ya gerakannya sih mudah… tapi praktekinnya yang susah! Hahaha. Senam lidah ini sebenarnya semacam pijat ringan beberapa titik, yaitu bagian wajah seperti alis, hidung, mulut dan dagu, serta bagian dalam mulut yaitu lidah dan area bekas LT dan TT selama beberapa kali.

 

Lagi-lagi, bocah 15 bulan ini sudah punya tenaga yang kuat untuk memberontak karena tidak nyaman dan takut. Terlebih saat bertemu dan praktek senam lidah oleh dokter Aini, Jazea baru saya di frenotomi di ruang sebelah, bisa jadi masih ada rasa sakit (dan sebel kali ye, duh gw mau diapain lagi nih! Wkwk). Alhasil suara tangisannya kencang dan tubuhnya benar-benar harus dipeluk kencang supaya bisa dilakukan praktek senam lidah.

 

Rasanya tegang juga ya coy. Bukan apa-apa, PR saya dan suami selama 3 minggu yaitu mengoleskan gel ke area yang di frenotomi 2x sehari selama 3 minggu. Tugas lainnya adalah senam lidah 5x sehari selama 3 minggu. Terbayang kok agak berat yaaa… Tapi lagi-lagi ingat kata dokter Ayi, ini untuk kesehatan si buah hati! Setelah selesai pertemuan dengan dokter Ayi dan dokter Aini, saya diminta untuk kembali kontrol dalam 2 minggu.

 

Sampai rumah, saya cari tau dong tentang post-frenotomi. Wadaw, ada yang cerita jika bagian yang sudah di gunting eeeh melekat lagi. Jleb, doa saya semoga hal ini nggak terjadi dengan Jazea. Saya juga meyakinkan diri sendiri, kalau Jazea di usianya yang sudah 15 bulan ini mungkin diuntungkan dengan aktivitas makan, bicara, teriak dan kegiatan lain yang menggunakan mulut, jadi pergerakan area mulut juga menunjang keberhasilan frenotomi (nggak melekat lagi). Saya juga memanfaatkan momen tertentu misalnya sambil main untuk sambil colongan massage wajah Jazea, jadi nggak hanya di sesi khusus gitu.

 

Pembagian tugasnya setiap hari, saya bagian megangin tubuh Jazea dan ayahnya yang melakukan senam lidah dan mengoleskan gel ke bekas luka nya. Saya nggak tega bos, kalau pegangin badan Jazea kan minimal masih bisa sambil buang muka nggak liatin wajah anaknya yang nangis kejer, hehe. Bisa-bisa gajadi karena keburu luluh dengan tangisannya deh.

 

‘Ritual’ ini selalu diawali dengan minta izin “Jazea, Ayah dan Ibu mau senam lidah Jazea ya. Maaf ya rasanya kurang nyaman, ini supaya Jazea sehat”. Di akhir kegiatan, kami juga mengucapkan terima kasih karena sudah mengizinkan senam lidah dan oles gel ke mulutnya. (dalem hati: fuhh alhamdulillah tugas guah beres wkwk).

 

2 minggu setelah tindakan frenotomi, kami bertiga bertemu lagi untuk konsultansi dengan dokter Rinda (dokter anak di BWCC yang pertama kali menangani Jazea). Alhamdulillah, kondisi bekas luka LT dan TT anak kami baik tidak ada perlekatan lagi (alhamdulillaaaaah) dan senam lidah serta pemberian gel bisa dilanjutkan 1 minggu lagi.

 

Karena keluhan awal adalah kesulitan makan, dokter Rinda juga memantau pola makan Jazea via Whatsapp dan juga saat ketemu langsung. Sudah ada progress dalam hal makan meskipun sedikiiit sekaliii (ngomongnya sambil nyesek ya bund, hehe), tapi syukurlah kita ketemu dokter Rinda yang penjelasannya komprehensif, gak kulitnya doang tapi sampe detil banget dan bisa membuka pikiran kita hehehe. Dari soal makan (ini aja kayak udah panjaaang banget pembahasannya yah), juga soal kemampuan bicara Jazea.


Eniweiii… Jazea juga diresepkan dokter Rinda susu tinggi kalori, dan saya senang. Monmaap saya pro ASI, puting sakit luka sampe nangis-nangis pun saya jabanin buat tetep menyusui. Tapi sayapun tahu kalau advis dokter atas susu tinggi kalori pastinya berdasarkan kebutuhan si anak dan yeah kenapa enggak dicoba? Mengingat beberapa bulan ke belakang kualitas dan kuantitas makan Jazea kurang oke (plus ada TT dan LT ini kaaan huhu).

 

3 merk yang disarankan adalah Nutrinidrink, Nutren dan Pedia Sure Complete (salah satu aja) dengan takaran 300ml sehari. Paling kepala agak cenat cenut liat harganya sih hahaha. Tapi tetap harus bersyukur yaa karena diberi privilege 15 bulan full ASI tanpa repot memikirkan harga sufor yekaaan – dan pemberian susu tinggi kalori ini juga insya Allah hanya sementara. Semua tentu demi apa buuund? Demi buah hati yang tumbuh dan berkembang dengan baik. Aamiin.

 

----

Ohya, terakhir nih, berapa sih biaya frenotomi lip tie dan tongue tie? Dan dicover asuransi nggak?

 

Total yang saya bayarkan hari itu adalah Rp 1.253.500, sudah termasuk: biaya administrasi, konsultasi dengan dokter anak, tindakan frenotomy, konsultansi dengan dokter laktasi, latihan senam lidah, obat oles luka (alloclair gel) dan obat minum, serta untuk alat-alat saat tindakan.

 

Dan alhamdulillah, asuransi kantor bisa meng-cover. Informasinya sih nggak semua asuransi mau cover tindakan frenotomi lip tie dan tongue tie ini karena dikategorikan ‘bukan penyakit’.

 

Sumber foto: Scary Mommy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menukar Uang di Money Changer Sekitaran Bekasi: KPM dan Dolarasia